Ketua Agupena Semarang

Ketua Agupena  Semarang
Roto, S.Pd

Anda Ingin Menulis Artikel?

Jumat, 12 Maret 2010


Oleh ROTO
“SIAPA Takut!” Penulis merasa bahagia sekali Anda tertarik pada judul artikel ini. Artinya satu langkah ke depan telah Anda lakukan. Membaca dan menulis adalah kebutuhan mutlak manusia yang tidak akan pernah ditinggalkan. Menurut Abraham Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia memiliki 5 kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologis; rasa aman; rasa kasih sayang & rasa memiliki; harga diri; dan kebutuhan akan aktualisasi diri.

Maka, membaca dan menulis dapat penulis tafsirkan termasuk kebutuhan akan aktualisasi diri. Dengan membaca dan menulis, menunjukkan bahwa kita adalah manusia terbuka dan mau berubah, dari tidak baik menjadi baik. Bahkan dari tidak bisa menjadi bisa. Betapa nisbinya jika sampai pada “hari gini” tidak mau berubah, dalam arti mau menerima perubahan positif, menurut kaca mata norma bangsa Indonesia, terlebih norma agama yang beradab dan bermoral. Luar biasa! Kata-kata bijak tersebut akan mengubah Anda menjadi luar biasa.

Mau bukti Thomas Alfa Edison adalah orang yang luar biasa karena dari tidak bisa menjadi bisa. Dengan membaca dan membaca, trail and error akhirnya ia mampu menciptakan lampu pijar. Berkat merekalah dunia ini menjadi terang benderang, orang mampu membaca di kegelapan malam. Dengan lampu pijar dan atau listrik kita sangat dekat dengan bangsa lain di dunia, mulai dari Singapura, Eropa, Amerika, bahkan sampai dengan planit lain.

Dengan membaca dan menulis, dengan telphone, handphone, televisi, internet, kita menjadi orang yang terlibat secara langsung dengan bencana tsunami Aceh, Jogja/Bantul, Tasikmalaya, dan yang terbaru adalah bencana Padang Sumatera Barat. Betapa menderita saudara-saudara kita yang ada di Padang. Maka tergerak hati kita untuk ikut meringankan beban saudara-saudara kita yang sedang dilanda bencana.
Tentara Nasional Indonesia, dapat dijadikan panutan karena merekalah berada pada garda terdepan dalam menyikapi tanggap darurat bencana. Kebersamaan selanjutnya merambah pada relawan dari berbagai organisasi mahasiswa, pelajar, anak-anak TK, bahkan relawan dari manca negara juga membantu kepada saudara kita di Padang. Rasa cinta, persatuan, sepenanggung, senasib, layak kita ke depankan, lestarikan dan kembangkan demi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Apa korelasinya bencana dengan menulis artikel? Melalui artikel, penulis terpanggil untuk ikut aktif terlibat di dalamnya. Baik membantu materi sekadarnya, menggerakkan peserta didik, masyarakat dan organisasi PGRI, untuk berbagi rasa dengan mengumpulkan dana seikhlasnya.

Selain itu, penulis ingin membagi pengetahuan di bidang menulis artikel. Dengan maksud, dapat dijadikan rujukan atau paling tidak sebagai bahan banding dalam mengungkap permasalahan kehidupan. Bermula dari melihat keganjilan pada kehidupan, kemudian penulis tuangkan dan dikirim ke media koran kolom surat pembaca ternyata mampu terbit. Itulah pengalaman perdana sangat membanggakan sekaligus mengharukan.

Artikel Pertama
Dengan semangat pantang menyerah, yaitu menulis berulang-ulang ke berbagai koran, yang tidak sempat penulis hitung berapa jumlahnya. Akhirnya datang juga kebahagian yang tidak ternilai harganya. Ternyata artikel penulis pertama kali mampu terbit di koran nasional Kompas, 12 Maret 2007 dengan judul: “Penantian Panjang Kesejahteraan Guru.” Selanjutnya April 2007 artikel yang ke dua terbit di majalah Derap Guru Jateng.

Penulis sempat down, karena artikel penulis selama 11 bulan tidak mampu terbit. Akhirnya pada bulan ke 12, April 2008 kebahagiaan datang juga, karena artikel penulis terbit kembali pada majalah Derap Guru. Selanjutnya melalui kolom: “Untukmu Guruku” pada Jawa Pos Radar Kudus, Radar Semarang mampu terbit di setiap minggunya, hingga mencapai 17 kali terbit. Selanjutnya artikel penulis mampu terbit di koran Wawasan, Suara Merdeka, Derap Guru dan Kompas.

Kepuasan menulis artikel tidak pernah berakhir, maka dengan rendah hati penulis selalu berupaya agar pengetahuan ini selalu meningkat. Jalan paling sederhana yaitu melalui membaca artikel, menulis artikel, merevisi dengan teman, guru bahasa dan seterusnya. Membaca dan menulis adalah kebutuhan tidak terbatas, sekalipun menjelang tidurpun kita harus selalu membaca. Apa yang perlu dibaca?
Mulai dari membaca koran, terutama kolom artikel, membaca situasi pergaulan di kantor, di masyarakat, di ruang workshop, di pasar, di jalan, di mall, di objek wisata, di bidang politik, hukum, dan terlebih bidang pendidikan, bahkan dalam keluarga sekalipun kita harus membaca. Agar kualitas kehidupan selalu meningkat, baik kualitas di bidang pekerjaan, kemasyarakatan dan terlebih di bidang pendidikan serta bidang agama.

Apalah artinya kekayaan harta yang melimpah, jika yang maha kuasa menghendaki seperti contoh bencana tsunami, Lumpur Lapindo, Jogja/Bantul, Tasikmalaya Jawa Barat, bahkan kasus terbaru bencana Padang Sumatera Barat. Tentu kita hanya pasrah jiwa raga, kecuali amal ibadahlah yang kelak akan mampu menolong kehidupan kita di alam akherat setelah alam dunia.

Kata orang bijak: “Beramallah sebanyak-banyaknya seakan-akan esuk akan mati.” Ya mati, mati adalah kata akhir dari kehidupan. Kata bijak berikutnya orang yang bermanfaat adalah mampu membantu dan atau berguna bagi orang lain. Nerakalah bila kehidupan kita tanpa berguna bagi orang lain. Maka berbuat amal kebajikan dan kesolehan, jalan paling sederhana diantaranya menulis artikel.
Dengan menulis artikel dapat ditafsirkan sebagai amal kebajikan dan kesolehan di dunia. Semakin tinggi derajat perilaku, moral, dan agamanya, maka semakin dalamlah isi materi yang tertuang dalam artikelnya. Artinya amal ibadahnya semakin tinggi pula.

Dengan selesainya Anda membaca artikel ini, berarti telah melakukan langkah kedua, sedang langkah ke tiga adalah mau menulis, langkah keempat mau mengirim ke media koran. Langkah ke lima adalah jangan pernah berfikir berhenti menulis, sebelum artikel Anda terbit di media masa. Sekali lagi berhenti dari menulis berarti kehidupan telah “mati.” Jika menulis dapat dimaknai amal kebijakan dan kesolehan, berarti siapapun pribadinya tidak akan sia-sia jika mau menulis artikel. Bagaimana dengan Anda? ”Saya akan mencapai langkah tak terbatas, dalam hal menulis artikel dan bahkan menulis lain-lainnya.” Sekali lagi: ”Siapa takut.”


Ambarawa, 8 Januari 2010
Oleh Roto Email: roto_amb@yahoo.com
Pendidik SMP Negeri 1 Sumowono
Mahasiswa Pascasarjana UMS HP 085866260943.


BIOGRAFI SINGKAT PENULIS:
1. Penantian Panjang Kesejahteraan Guru, Kompas, 12 Maret 2007.
2. Aroma Program Sertifikasi, Derap Guru, April 2007.
3. Problem Fakta Kualitas Guru, Derap Guru, April 2008.
4. Bias Dampak Arus Informasi & Telekomunikasi, Jawa Pos Radar Kudus, 8 Mei 2008.
5. Susahnya Guru Memulai Menulis Artikel, Jawa Pos Radar Kudus, 19 Mei 2008.
6. Kekerasan Gank Nero Mencoreng Dunia Pendidikan, Jawa Pos Radar Semarang, 18 Juni 2008.
7. Problem Budaya Menulis, Derap Guru, Juli 2008.
8. Bali Deso Mbangun Deso Mampukah Menyejahterakan Masyarakat?, Jawa Pos Radar Semarang, 7 Juli 2008.
9. Kriteria Penentuan Peringkat Kelulusan Oleng?, Jawa Pos Radar Semarang, 14 Juli 2008.
10. Merombak Total Paradigma Study Tour, Jawa Pos Radar Semarang, 19 Juli 2008.
11. Mengejar Kemajuan Dalam Kemiskinan?, Jawa Pos Radar Semarang, 21 Juli 2008.
12. Sulitnya Menghentikan Uang SPI, Jawa Pos Radar Semarang, 25 Juli 2008.
13. Tingkatkan Kualitas Lulusan dengan Kelas Unggulan, Jawa Pos Radar Semarang, 27 Juli 2008.
14. Gonjang-Ganjing Pelaksanaan PPD 2008/2009, Derap Guru, Agustus 2008.
15. Mengadopsi Budaya Asing untuk Sekolah Kita, Jawa Pos Radar Semarang, 2 Agustus 2008.
16. Penyaji Makalah Dalam Seminar Nasional Mendongkrak Kualitas Pendidikan: “Mengadopsi
Budaya Asing Untuk Kualitas Pendidikan,” Hotel Telo Moyo Semarang, Mutiara Wacana, 3 Agustus 2008.
17. Sepuluh Penyakit Guru Membudaya, Jawa Pos Radar Semarang, 13 Agustus 2008.
18. Memaknai Anggaran Pendidikan 20 Persen dari RAPBN, Jawa Pos Radar Semarang, 19 Agustus 2008.
19. Anggaran Pendidikan 20 Persen Bagai Bola Liar, Jawa Pos Radar Semarang, 26 Agustus 2008.
20. Perjuangan Menembus Kokohnya Tembok Pangkat IV/b, Jawa Pos Radar Semarang, 14 September 2008.
21. Mendidik Kebersihan Melalui Lomba Lukis, Jawa Pos Radar Semarang, 17 September 2008.
22. Menghidupkan Ekskul Demi Talenta Siswa, Jawa Pos Radar Semarang, 16 Oktober 2008.
23. Mencegah Merebaknya Budaya Jalan Pintas, Jawa Pos Radar Semarang, 23 Oktober 2008.
24. Penyaji Makalah: Menggali Bakat Seni Lukis Siswa SMP/MTs Melalui Lomba Dalam Seminar,
MGMP Mapel Seni Budaya, di SMP 2 Ungaran 3 Juni 2009.
25. Peserta lomba Membudayakan Menulis Di Kalangan Guru, 25 Juni 2009, Agupena Jawa Tengah.
26. Menjebak Rakyat Dengan Program Pro Pendidikan, http://ispi.or.id, 10 Juli 2009.
27. Pergulatan budaya dalam pendidikan, Wawasan, 30 Juli 2009.
28. Membuncahnya Pendidikan Gratis, Agupena Jateng, 18 Agustus 2009.
29. Saatnya Menjadikan Ambarawa Kota Pendidikan, Agupena Jateng, 18 Agustus 2009.
30. Dibalik Tawa & Duka Mbah Surip, Agupena Jateng, 18 Agustus 2009.
31. Ambiguitas Pendidikan Gratis, Suara Merdeka, 20 Agustus 2009.
32. Bermimpi Ambarawa Menjadi Kota Pendidikan, Buletin Pustaka, Kabupaten Semarang, 1/9/2009.
33. Merefleksi Hantu Akreditasi Sekolah, Kompas Jateng, 9 September 2009.
34. Plus Minus Pengelompokkan Kelas Unggulan, Derap Guru, September 2009.
35. Embung dan padat karya, Wawasan, 1 Oktober 2009.
36. Renungan di balik bencana Padang, Wawasan, 15 Oktober 2009.
37. Telada itu masih ada, Wawasan, 6-11-2009.
38. Berebut jarum CPNS dalam jerami, Wawasan, 19-11-2009.
39. Siapa pemenang serial Gatutkaca vs Dursasana?, Wawasan, 5 Desember 2009.
40. Merajut Jejak Problem Seni Budaya, Jawa Pos Radar Semarang, 21 Desember 2009.
41. PTP: Penerapan Belajar Kooperatif Untuk Peningkatan Prestasi Belajar Materi
Praktik Melukis Kreasi Bagi Siswa SMP Negeri 1 Sumowono

1 komentar:

Unknown mengatakan...

melihat judul-judul artikel Bapak luar biasa. jadi ingin seperti Bapak. konsisten menulis. apa setiap tulisan Bapak di atas harus ada referensinya atau opini saja? terima kasih

Posting Komentar