Ketua Agupena Semarang

Ketua Agupena  Semarang
Roto, S.Pd

Selasa, 09 Maret 2010

08 Maret 2010
Suara Guru

Klub Menulis

  • Oleh Faozi Latif
REMAJA biasanya penuh sensasi dan aksi. Ketika menyadarinya, maka kita tidak akan menghalangi potensi-potensi itu. Menghalanginya berarti melarang mereka untuk berkreasi dan berusaha menantang arus zaman. Langkah yang tepat adalah membimbing dan mengarahkannya.

Sebuah hasrat akan bisa menjadi racun ketika tidak ada media untuk melampiaskannya. Jadi, yang terbaik bukan menghalangi hasrat melainkan membuat media penyaluran yang positif.

Dunia penulisan merupakan dunia siapa saja. Bukan hanya monopoli kalangan tertentu. Guru pun boleh menjamah dunia itu. Tentu dengan rabaan yang belum sampai menggetarkan. Baru sebatas memunculkan hasrat.

Idealnya mungkin guru Bahasa indonesia bisa berperan di sini. Mereka bisa memberikan motivasi siswa untuk rajin menulis plus membaca. Tidak seperti guru zaman dulu yang hanya memberikan tugas untuk mengarang.

Memberikan motivasi adalah memberikan arahan cara menulis yang baik. Dengan pemakaian ejaan yang dipergunakan, pemakaian kalimat aktif dan pasif, sampai pada titik dan koma.

Lebih dari itu, memotivasi juga berarti memberikan contoh. Ketika siswa diperintahkan untuk rajin menulis, maka gurunya sudah lebih dulu melakukan hal itu. Siswa akan mengatakan ”omog doang” pada guru yang hanya bisa menyuruh tanpa memberi contoh.
Beri Media Memotivasi juga berarti memberikan media atau wahana penyaluran bakat. Untuk sekolah, penyediaan mading mutlak diperlukan. Hal itu sebagai salah satu bentuk penyaluran kreasi tulisan siswa.

Biasanya siswa akan sangat bersemangat berkreasi membuat tulisan ketika karyanya dibaca banyak orang dan ada yang memberi pujian atas tulisan itu.
Nah, peran guru di sini sangat penting. Berilah sedikit pujian pada siswa yang senang menulis. Walaupun mungkin tulisannya belum sesuai harapan. Memotivasi berarti memberikan lingkungan yang kondusif.

Tidak ada salahnya kalau beberapa siswa yang rajin menulis dibuatkan sebuah forum tersendiri. Bisa jadi namanya klub jurnalistik, klub menulis, atau apa pun untuk lebih menambah ikatan di antara mereka.

Luangkan minimal satu hari dalam seminggu untuk diadakan pertemuan dan bimbingan. Dalam waktu seminggu, minimal satu siswa membawa satu karya tulisannya untuk dinilai bersama-sama.

Yang perlu diperhatikan adalah komentar atau penilaian, bukanlah kritik yang menjatuhkan. Sehingga siswa yang karyanya sedang dibedah tidak merasa dipermalukan. Komentar atau penilaian berguna untuk menambah ketajaman tulisan dan melengkapi beberapa kekurangan. (45)

-Faozi Latif, pembimbing Klub Jurnalistik SMK Muhammadiyah Karangpucung Cilacap.

0 komentar:

Posting Komentar