Ketua Agupena Semarang

Ketua Agupena  Semarang
Roto, S.Pd

2,1 Juta Guru Belum Dapat Tunjangan

Rabu, 30 Juni 2010

Hingga akhir 2009 lalu, jumlah guru yang sudah lolos sertifikasi dan mendapat tunjangan profesi baru sekitar 350.000. Adapun 2,1 juta guru lainnya yang berada di bawah Kementerian Pendidikan Nasional serta 400.000 guru di bawah Kementerian Agama belum mendapat tunjangan.

Baedhowi, Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional, mengatakan, dana untuk pembayaran tunjangan guru sudah disalurkan kepada pemerintah daerah yang seharusnya sudah dicairkan untuk guru.

Sulistiyo, Ketua Umum Pengurus Besar PGRI, meminta supaya pembayaran tunjangan bagi guru yang dialokasikan pemerintah segera dibayarkan dan tidak dipersulit penyalurannya.

"Jangan ada pungutan-pungutan liar yang merugikan guru," ujar Sulistiyo.

Diberitakan sebelumnya, sejumlah guru di beberapa daerah mempertanyakan realisasi dari janji Presiden untuk memberikan tunjangan sebesar Rp 250.000 per bulan. Janji itu disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di hadapan para guru yang hadir pada peringatan Hari Guru Nasional 2009 dan Hari Ulang Tahun Ke-64 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di Jakarta, Selasa (1/12/2009) silam.

Dijanjikan, tunjangan tersebut berlaku surut dan dihitung mulai Januari 2009. "Kami dijanjikan, dana akan cair Januari. Namun, sampai sekarang belum ada pemberitahuan lagi,” kata Lenjau, guru SDN 028 Desa Pampang, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Kamis (4/3/2010)

sumber : Kompas

Guru Tak Ampu Semua Mata Pelajaran

SEMARANG - SD Negeri Gebangsari 01-02 Jalan Gebang Anom Kecamatan Genuk, Kota Semarang berhasil masuk 10 besar hasil UASBN Tahun 2010 se-Kecamatan Genuk. Dua di antara 98 siswanya yang lulus tahun ini mencapai 100% dengan nilai bulat 10 untuk mata pelajaran Matematika dengan NEM tertinggi 28,7. Sedangkan untuk tingkat Kota Semarang, UPTD Pendidikan Genuk menduduki peringkat delapan dari 16 UPTD se-Kota Semarang.

‘’Prestasi itu berkat kerja sama yang baik antara guru, komite sekolah, dan semua jajaran di sekolah ini,’’ kata Kepala Sekolah Jumadi SPd MPd saat melepas siswa kelas VI di halaman sekolah, kemarin.

Ia menjelaskan, mulai kelas V siswa sudah melaksanakan proses belajar mengajar berbasis mata pelajaran. Dengan sistem ini guru tidak lagi harus mengampu semua mata pelajaran, tetapi sudah berdasarkan mata pelajaran yang sesuai dengan kualifikasi guru yang bersangkutan.

‘’Dengan cara itu, guru benar-benar menguasai mata pelajaran yang diampunya. Pengetahuan dan kemampuan yang bersangkutan pun lebih luas dan mendalam dalam mengajar,’’ katanya.

Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Genuk Sumarno SKar yang diwakili Pengawas TK/SD Heny Suprapti SPd, berharap para lulusan bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di SMP, Madrasah tsanawiyah, atau yang sederajat lainnya. Jangan sampai tidak melanjutkan sekolah, karena pndidikan merupakan salah satu bekal menyongsong hari esok yang lebih baik,’’ pesannya. (E1-37)

ADD-Plus Seleksi Lulusan USM

SEMARANG-Universitas Semarang (USM) bekerja sama dengan PT ADD-Plus Technologies Indonesia, Kepulauan Riau, dalam pengadaan tenaga kerja lulusan lembaga tersebut, kemarin.

Pembantu Rektor III USM, Iswoyo SPt MPt mengatakan, dalam kesepakatan tersebut, pihak ADD Plus siap menampung para lulusan USM sesuai dengan kualifikasi dan lowongan kerja yang dibutuhkan. Dalam waktu dekat ini, pihak ADD-Plus telah menyiapkan lowongan untuk bidang assistant supervisor, assistant engineer, leader, technician, dan accounting.

“Kerja sama ini menjadikan kami untuk lebih serius dalam mencetak para lulusan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan pasar. Perekrutan tenaga kerja ADD-Plus untuk para lulusan USM dilaksanakan 30 Juni di kampus Jl Soekarno-Hatta,” ujarnya.
HR Assistant Manager ADD-Plus, Syahiswendy SH mengatakan, untuk job yang disediakan pihaknya membutuhkan para lulusan D3 dan S1 USM.

Kerja sama ini akan dilakukan setiap tahun untuk memberi kesempatan kepada para lulusan terbaik. “Seleksi perekrutan nanti kami lakukan pada 30 Juni mulai pukul 13.00. Kesempatan ini juga kami buka untuk masyarakat umum,” ungkapnya. (B18-75)

Penjurusan di SMA

Oleh Galuh Wijayanti
SEBAGAI individu, setiap peserta didik memiliki keunikan. Keunikan yang sekaligus mencerminkan keberagaman itu merupakan potensi yang memerlukan penyaluran secara proporsional, sehingga dapat teraktualisasi menjadi prestasi. Karena itulah, pendidikan di SMA menyelenggarakan progam penjurusan dengan tiga pilihan, yakni bahasa, IPS, dan IPA.

Permasalahan yang sering terjadi dalam proses penjurusan adalah pemaksaan kehendak untuk masuk ke jurusan tertentu dengan mengesampingkan potensi siswa dan tak berpihak pada kelancaran kesuksesan studi siswa. Itu banyak disebabkan oleh pemahaman yang kurang terhadap potensi siswa, baik potensi akademik maupun psikologis.

Karakter Di sisi lain, perkembangan karakter remaja juga memberikan andil bagi kemunculan permasalahan. Ketidakstabilan emosi ditunjang kohesivitas, konformitas, dan solidaritas tinggi dalam kelompok sebaya mendorong remaja mengambil keputusan secara tidak realistik dan tidak rasional, termasuk dalam memilih jurusan. Beberapa siswa berasumsi pilihan teman dalam kelompok adalah pilihan terbaik pula bagi mereka.

Permasalahan terjadi juga karena ada persepsi keliru di masyarakat. Misalnya, anggapan bahwa jurusan tertentu lebih baik ketimbang jurusan lain. Atau, jurusan tertentu dianggap tepat bagi siswa yang tak berprestasi dan siswa yang berperilaku negatif. Padahal, pada hakikatnya semua jurusan mempunyai kelas dan peluang sama untuk berkarier bagi siswa kelak.
Bila salah memilih jurusan akan mengakibatkan problem psikologis dan akademis.

Mempelajari sesuatu yang tak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat sangat tak menyenangkan.

Belajar di jurusan yang tidak tepat juga menyebabkan potensi tidak berkembang, sehingga prestasi pun tidak optimal. Karena itu, agar program penjurusan sesuai dengan tujuan, para siswa dan orang tua hendaknya lebih arif, objektif, realistis, dan rasional. Mereka harus mengedepankan pertimbangan potensi siswa daripada gengsi. Tidak mengejar prestise, tetapi prestasi. (37)

- Dra Galuh Wijayanti MPd, guru BK SMA 12 Semarang, Sekretaris MGBK SMA Kota Semarang