Ketua Agupena Semarang

Ketua Agupena  Semarang
Roto, S.Pd

Kasus Minah Mengusik Ranah Pendidikan

Sabtu, 20 Februari 2010

MENCERMATI kasus hukum Minah 55 tahun, warga Dusun Sidoharjo, Kecamatan Ajibarang, Banyumas. Mengusik emosi elemen masyarakat yang peduli akan rasa keadilan dan kesejahteraan, terutama ranah lembaga pendidikan. Dengan mencuatnya kasus pencurian 3 buah kakao, kasus sebutir semangka, kemudian disusul kasus pencurian kapuk kapas oleh Manisih demi uang jajan anaknya yang duduk dikelas 3 SD. Fakta tersebut sempat mengundang perhatian Deny Indrayana (staf kusus kepresidenan bidang hukum) dalam Metro realitas, 1-12-2009.

Mengapa dan bagaimana hal tersebut menimpa saudara kita yang bernaung di daerah pedesaan? Ironis! Maka, kita layak mengapresiasi positif kepada media massa cetak dan elektronik yang mengulas contoh 3 kasus di atas.

Pada koran Wawasan, 19-11-2009 diilustrasikan Minah terjerat kasus hukum karena memetik atau “mencuri” 3 buah kakao ada yang menyebut senilai Rp 500,- sampai Rp 2.100,- sedang versi pemimpin Perkebunan PT Rumpun Sari Antan (RSA) dan jaksa, dia mencuri 3 kg kakao senilai Rp 30 ribu.

Selang satu minggu kemudian, Minah harus bolak-balik ke kantor polisi, kejaksaan hingga pengadilan, dengan jarak tempuh kurang lebih 50 km, tentu banyak menguras ongkos hingga ratusan ribu rupaih. Sedang pada tvOne, 20-11-2009 pkl 14.00 WIB, dan acara live (malam harinya), di sana terpancar wajah Minah tersipu malu, karena mencuri 3 kg kakao dengan fonis hukuman 1 bulan 15 hari (45 hari) dan masa percobaan 3 bulan, oleh pengadilan negeri Purwokerto, Jateng. Dengan mencuatnnya kasus pencurian tersebut, adakah pembelajaran yang dapat dipetik?

Pembelajaran masyarakat
Bagi warga masyarakat, hendaknya dapat memaknai bahwa ulah manusia yang mengambil (mencuri) barang bukan miliknya, karena “iseng” apalagi disengaja maka bersiap-siaplah untuk di meja hijaukan sampai pada menghuni penjara yang memberatkan sekaligus mencoreng dan memalukan keluarganya berkepanjangan.

Menyoroti kasus Minah “mencuri” 3 kg kakao, hingga sampai pada meja hijau (dalam arti dikorbankan) oleh pemilik perkebunan dengan tujuan membuat efek jera (pembelajaran) kepada masyarakat sekitar. Simpulan lainnya, masyarakat di pulau Jawa saja masih seperti itu, lalu bagaimana yang berada di luar pulau Jawa? Ironis!

Minah dan Manisih pasti kekurangan dalam memenuhi kebutuhan perut sehari-harinya. Buktinya, Minah juga menghidupi cucunya, karena ditinggal orangtuanya sebagai TKW (tenaga kerja wanita) di luar negeri. Walau Minah berkilah 3 buah kakaonya akan disemai (untuk bibit) di rumahnya.

Bercermin pada kasus pencurian tersebut, berarti pemerintah mendapat pukulan telak yang sangat memalukan, karena masih gagal dalam menyejahterakan rakyatnya. Namun, realitasnya disisi lain budaya korup bermiliar-miliar di negeri ini masih menganga lebar untuk diberantas. Seperti contoh kasus maraknya markus (makelar kasus), yang heboh pada bulan ini. Coba kita tengok perseteruan lembaga KPK versus Kepolisian, dan Kejaksaan, dengan kasus dana 5,1 milar, kemudian disusul mencuatnya kasus Bank Century dengan dana 6,7 triliun, konon diduga lembaga kepartaian sampai pada melibatkan orang-orang penting di negeri ini.

Heboh kasus tersebut sangat menyedot dan menguras emosi masyarakat, dengan eskalsi tinggi. Rakyat menunggu-nunggu pernyataan RI 1, yang disinyalir pernyataan Presiden (24-11-2009) dinilai membingungkan dan tidak tegas (live tvOne dan Metro tv). Makna yang dapat dipetik diantaranya yaitu lembaga kejaksaan, kepolisian dan KPK harus dibersihkan dari kasus-kasus mafia peradilan. Hingga menimbulkan terjadinya hak angket oleh perwakilan dewan, tokoh masyarakat, dan para mahasiswa, agar kasus tersebut yang diduga melibatkan mantan menteri keuangan dan direktur BI (Bank Indonesia) dapat diusut secara tuntas.

Berkait dengan permasalahan tersebut di atas, maka sudah seharusnya para koruptor yang terbukti harus dihukum seberat-beratnya. Karena ulah sebagian oknum pemerintah, berakibat rakyat kita miskin, bodoh dan menderita berkepanjangan. Artinya para koruptor sebagai penghambat pembangunan, bahkan secara halus membunuh masa depan generasi bangsa.

Pendidikan anti korupsi

Dari sudut pandang lembaga pendidikan, diharapkan semua mata pelajaran mampu menyisipkan materi anti korupsi untuk diimplementasikan secara komprehensip di tiap-tiap KD (Kompetensi Dasar). Maka, kita layak mengapresiasi positif dan mendukung Rektor Paramadina Anies Baswedan dalam wawancara eksklusif di tvOne dan di koran Kompas yang menyatakan Universitas Paramadina telah mempelopori, memberlakukan dan melaksanakan mata kuliah Anti Korupsi.

Akankah kebijakan Anies Baswedan tersebut dapat dijadikan pijakan di semua lembaga perguruan tinggi, sekaligus merambah pada SMA/MA/SMK, SMP/MTs dan sampai ke SD? Kepada mendiknas Muhammad Nuh, masyarakat berharap agar kebijakan tersebut dapat dijadikan rujukan untuk memutus mata rantai korupsi. Sebab selama ini, peserta pendidikan dan para pelaku pendidikan hanya direcoki masalah mata pelajaran (mapel) ujian nasional (UN), yang berakibat siswa, orang tua, guru bahkan kepala sekolah menjadi stres berkepanjangan.

Bias yang terjadi pada suatu sekolah adalah jam mapel non UN dikorbankan untuk diambil alih mapel UN guna diajar dan mengejar mapel UN, dari jam ke nol, jam ke 8 hingga ke bimbingan belajar (bimbel). Secara otomatis para pelaku pendidikan abai terhadap pendidikan budi pekerti (anti korupsi), kesenian, olah raga, keterampilan dan sejenisnya. Sedang orang tua yang berkantong tebal atau bahkan yang berpenghasilan pas-pasan berlomba-lomba mengikutkankan putra-putrinya, untuk les prifat bimbel.

Sekali lagi rakyat berharap kepada RI 1 dan mendiknas, untuk melaksanakan langkah konkrit dalam memberantas bobroknya mafia peradilan di negeri ini, dan pentingnya menekankan pendidikan anti korupsi kepada peserta didik. Sekaligus mendukung MA dalam memenangkan perkara gugatan para kurban UN, agar UN tidak dijadikan pedoman utama kelulusan, melainkan hanya untuk menentukan pemetaan kualitas pendidikan, sembari memeratakan sarana prasarana sekolah, dan kualitas guru.

Imbasnya rakyat mendapatkan rasa keadilan seluas-luasnya dan mampu mengembangkan potensi mapel: UN, kesenian, olah raga, keterampilan dan budi pekerti secara seimbang dan merata. Bukankah luar negeri juga menghargai orang yang berprestasi dibidang olah raga, kesenian dan lain-lainnya? Semoga!

Diskusi dan Pelantikan Pengurus Cabang

Pada hari Minggu, 14 Februari 2010, Agupena Jawa Tengah menggelar agenda Pelatikan Pengurus Agupena Cabang Kab. Cilacap, Kab. Semarang, dan Kota Semarang, serta Diskusi Kepenulisan di LPMP Semarang. Acara yang diikuti sekitar 50 peserta yang terdiri dari unsur calon pengurus Agupena Kota Semarang, calon pengurus Agupena Kabupaten Semarang, calon pengurus Agupena Kabupaten Cilacap, Pengurus Agupena Jawa Tengah, dua perwakilan pengurus/anggota Agupena tingkat kabupaten/kota se-Jawa tengah, dan beberapa tamu undangan lainnya itu juga dihadiri oleh Sekretaris Umum Agupena Pusat, Bapak Naijan. Pada kesempatan tersebut, selain memberikan motivasi kepada segenap pengurus Agupena agar organisasi menjadi lebih eksis dalam membudayakan aktivitas menulis di kalangan guru, secara khusus Bapak Naijan juga mohon kepada para pengurus untuk mendoakan Pak Achjar Chalil, Ketua Umum Agupena Pusat, agar segera sembuh dari penyakit yang dideritanya.

Pelantikan pengurus cabang tersebut melengkapi 12 kepengurusan Agupena cabang yang telah terbentuk sebelumnya, yakni Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kendal, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Pekalongan, Kab dan Kota Magelang, Kabupaten Blora, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Pemalang. Semoga kelahiran Agupena cabang makin membuat Agupena jadi lebih berdaya dan mampu mendimaiskan aktivitas guru dalam ranah kepenulisan, sehingga kegelisahan guru dalam melakukan aktivitas menulis yang selama ini terhambat oleh berbagai alasan bisa terjembatani.

Usai pelantikan, acara dilanjutkan dengan diskusi kepenulisan dengan menampilkan Bapak Drs. Wardjito Soeharso, M.Sc (Pembina Agupena Jateng, Widyaiswara Badiklat Prop. Jateng, Penulis Buku) dan Bapak Johan Wahyudi, S.Pd., M.Pd (Juara 1 Lomba Penulisan Buku Pusbuk Depdiknas RI 2009) sebagai narasumber dengan moderator Bapak Drs. Zulkarnaen Syiri Lokesyawara, M.Eng. (Ketua Divisi Kerjasama Agupena Jateng). Diskusi berlangsung cukup hangat dan menarik. Terbukti dengan banyaknya respon dari para peserta, sehingga acara yang sedianya hanya berlangsung hingga pukul 13.00 WIB pun molor jadi pukul 13.30 WIB. Pada akhir acara, Agupena Jawa Tengah memberikan penghargaan kepada para penulis blog Agupena Jawa Tengah yang tulisannya mendapatkan kunjungan terbanyak dari para pembaca. Salah satu penulis yang mendapatkan penghargaan adalah Bapak Riyadi, salah satu pengurus Agupena Cabang Kab. Purworejo, setelah tulisannya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Mendengarkan (Bagian II)” terbaca sekitar 2.543 pembaca. Selamat atas penghargaan yang telah dicapai, semoga Pak Riyadi makin bersemangat dalam melahirkan pemikiran-pemikiran kreatif melalui tulisan.

Saya ucapkan selamat kepada para pengurus Cabang Agupena yang telah terlantik, semoga makin solid dan tak pernah berhenti untuk terus membangun semangat berbagi kepada rekan-rekan sejawat agar dunia pendidikan kita makin berkembang secara dinamis. ***

Menjadikan Ambarawa Kota Pendidikan

MONUMEN Palagan Ambarawa dan lapangan Pangsar Jenderal Sudirman (dulu lapangan Turangga Qeta) dengan pasukan Teng (Kavelri) sebagai kota perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan RI. Nama yang tidak asing bagi masyarakat Jawa Tengah khususnya dan Indonesia pada umumnya. Kota kecil nan sejuk, yang berada di kaki gunung Ungaran dan lembah danau Rawa Pening.

Disamping itu, Ambarawa juga terkenal sebagai Musium Kereta Api terbesar di Asia Tenggara. Penyangga hasil bumi, hasil ikan tawar dan hasil pariwisata untuk menyukseskan slogan kabupaten Semarang: “Intanpari” yaitu Industri, Pertanian dan Pariwisata. Jalur utama penghubung kota kecamatan, kota kabupaten dan kota Propisi Jawa Tengah dengan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jika ke arah barat daya terhubunglah dengan kecamatan Bandungan, dengan objek wisata PJKA Bandungan. Penghasil sayur-sayuran, bermacam-macam bunga dan penghasil buah klenkeng, yang sempat menjadi lagu campursari andalan Didi Kempot. Kemudian terhubung dengan objek wisata Gedong Songo, Kecamatan Sumowono disertai wacana terbaru akan lahir objek wisata taman Safari Indonesia ke tiga. Jika dilanjutkan ke arah utara lagi sampailah kabupaten Kendal.

Sedang ke arah selatan, terhubunglah dengan kota kecamatan Banyubiru dengan objek wisata Bukit Cinta, pemandian air alam Muncul, rumah makan lesehan dan lain-lain, dilanjutkan ke Salatiga, kemudian sampai kota Solo. Jika ke timur, terhubunglah dengan terminal Bawen dengan objek wisata Kampung Banaran, industri garmen Apacinti, Arakon dan lain-lain, kemudian menuju kota kabupaten Semarang yaitu Ungaran dengan Objek perkemahan Penggaron, kemudian sampai ke arah kota propinsi Jawa Tengah yaitu Semarang.

Jika ke arah barat terhubunglah dengan kecamatan Jambu yang sempat menggemparkan bak artis ibukota karena kasus milyader Syekh Puji yang menikahi gadis di bawah umur, 12 tahun.

Kota Pendidikan.
Namun hingar bingar kota Palagan Ambarawa pada bulan belakangan tenggelam karena gencarnya berita di media cetak dan elektronik tentang Ibrohim, Maruto yang diduga terlibat kasus teror bom di Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW Marriott. Terlebih Noordin M Top dan organisasi Jamaah Islammiyah (JI) juga disebut-sebut sebagai dedengkot atau dituduh pelaku utama/dalang teror bom di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.

Pada kesempatan yang baik ini, penulis tidak bermaksud mengurai tentang kengerian dan kepedihan korban yang cacat seumur hidup karena efek bom. Persoalan maha dahsyat tersebut sepenuhnya kita percayakan kepada aparat berwenang untuk mengusut tuntas. Namun informasi penting dari masyarakat juga sangat diperlukan, dengan harapan kabupaten Semarang jangan sampai terendus sebagai sarang persembunyian teroris.

Pembelajaran yang dapat kita petik dari contoh kasus teror bom diantaranya adalah memberi teladan kepada generasi kita untuk mau mencintai dan memulai membaca & membaca di perpustakaan daerah yang berada di kota kecil yaitu Ambarawa. Selanjutnya disertai efek berikut yaitu diantara warga masyarakat Ambarawa mampu menulis & menulis untuk menyebarkan virus kebenaran, kejujuran, kepahlawanan pada generasi penerus bangsa untuk mewujudkan cita-cita para proklamator. Agar mereka tersenyum bahagia melihat rakyat Indonesia sejahtera. Bukannya malah terjadi saling sikut, saling intrik dalam memperebutkan kekuasaan. Berlakulah yang amanah agar mendapat kepercayaan memimpin negeri ini dengan cara-cara kesatria bukan dengan cara-cara yang kotor nan menjijikkan.

Kapankah kita memulai? Saat inilah, harus bersegera memulai gemar membaca untuk membuka jendela dunia yang sangat luas dan kaya akan teknologi untuk kemajuan umat manusia di muka bumi ini. Adapun saat tepat memulai dari perbuatan kecil untuk menjadi yang besar yaitu dari membaca di perpustakaan Ambarawa. Tepatnya berada di bekas kantor kecamatan lama atau di sebelah selatannya gedung Pemuda Ambarawa.

Bertepatan pula pada minggu ini dari tanggal 30 Juli - 5 Agustus 2009 Plt bupati kabupaten Semarang Hj. Siti Ambar Fathonah, telah berkenan membuka pameran buku dengan tema “Serasi Bumiku, Membaca Kebiasaanku,” bekerjasama dengan koran harian Suara Merdeka disertai 200 penerbit di gedung pemuda tersebut. Maka saat yang tepat pada minggu ini para stakeholder di sekolah sekitar kecamatan Ambarawa untuk berpartisipasi aktif menggerakkan peserta didiknya untuk mengunjungi pameran buku tersebut. Sekaligus memperkenalkan keberadaan perpustakaan kabupaten Semarang yang selalu siap sedia melayani para pengungjungnya secara gratis. Kata peribahasa: “Tak kenal maka tak sayang.”

Kita menyadari bahwa membaca adalah kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi, belajar adalah seumur hidup. Alquran mengajarkan ayat pertama yaitu ikrok artinya bacalah. Para tokoh agama menganjurkan belajarlah sampai ke negeri Cina. Kita bisa membayangkan apa jadinya jika kita hanya menutup diri tidak mau membaca, tidak mau belajar menerima informasi. Baik melalui media cetak atau elektronik. Kita pasti menjadi orang terbelakang, bangsa terbelakang, bahkan negara terbelakang. Maka, bersiap-siaplah untuk mau membuka diri untuk mau merubah pola pikir tertutup menjadi terbuka dengan belajar dari berbagai sumber apapun. Disertai catatan mampu memfilter/menyaring pengaruh negatif dari luar. Dengan harapan, agar kita mampu menjadi bangsa yang berkarakter untuk selalu maju ke depan dan melindungi serta mempertahankan eksistensi budaya lokal menjadi budaya nasional yang kaya akan pesan-pesan moral yang adiluhung.

Kota Pendidikan.
Untuk memperkaya sebutan terbaru kota Ambarawa dari kota Palagan, sekaligus sebagai kota Pendidikan. Jalan terbaik adalah menghidupkan kembali slogan kabupaten Semarang, yaitu JBEM (Jam Belajar Efektif Masyarakat) antara jam 18.00 sampai dengan jam 21.00 WIB. Sarana pendukung sebutan Ambarawa menjadi kota Pendidikan diantaranya adalah tersedianya pendidikan 5 SMP Negeri, dan beberapa SMP/MTs swasta, dan 1 SMA Negeri, SMA Sudirman, SMK Pertanian, SMK Dr Tjipto dan sekolah menengah atas lain-lainnya.

Didukung pula Undaris di Ungaran, UKSW di kota Salatiga yang berjarak 15 km dari kota Ambarawa. Maka, sudah sepantasnya Ambarawa melahirkan perguruan tinggi diwinitif (tetap), mengingat sampai sekarang sudah tersebar perguruan tinggi swasta jarak jauh mulai IKIP Veteran, IKIP PGRI, IKIP Widya Praja dari Klaten, Keguruan Islam cabang Undaris, dan Universitas Terbuka di bawah koordinasi Unnes dan lain-lain.

Dukungan paling riil dari masyarakat luas dapat dimulai dari masing-masing individu yaitu mematikan televisi selama kurang lebih 2 jam disetiap harinya yaitu antara pkl 18.00 s.d pkl 21.00 WIB. Para stakeholder juga harus berperan aktif untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan JBEM tersebut, agar tidak hanya sebagai slogan belaka. Maka, harus disertai tindakan nyata untuk selalu memantau dan menyadarkan para warganya.

Peran efektif diantaranya melalui forum PKK, forum pertemuan antar warga RT di setiap bulannya untuk mengevaluasi JBEM. Akhirnya semua eleman warga menyadari betapa pentingnya JBEM hidup dan berkembang mulai dari tingkat rumah tangga, dan masyarakat. Biasnya lahirlah ilmuwan dari kota Palagan Amabarawa, untuk menjadikan sebutan terbaru dan nyata yaitu sebagai kota Pendidikan. Akankah itu tercapai? Wallahu a’lam.
Ambarawa, 3 Agustus 2009.
Oleh Roto. Email: roto_amb@yahoo.comAlamat e-mail ini dilindungi dari spambot, anda harus memampukan JavaScript untuk melihatnya
Mahasiswa Pascasarjana UMS.
Referensi:
1. Arena pameran di gedung Pemuda Ambarawa.
2. Perpustakaan Ambarawa.
3. Siti Chamamah. 2009. Makalah. Peran Keraton Dalam Era Revolusi.
Nurhadiantomo. 2009. Makalah. Menuju Rekonstruksi Kebenaran Sejarah
Keraton Surakarta Hadiningrat.