Ketua Agupena Semarang

Ketua Agupena  Semarang
Roto, S.Pd

Menjadikan Ambarawa Kota Pendidikan

Sabtu, 20 Februari 2010

MONUMEN Palagan Ambarawa dan lapangan Pangsar Jenderal Sudirman (dulu lapangan Turangga Qeta) dengan pasukan Teng (Kavelri) sebagai kota perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan RI. Nama yang tidak asing bagi masyarakat Jawa Tengah khususnya dan Indonesia pada umumnya. Kota kecil nan sejuk, yang berada di kaki gunung Ungaran dan lembah danau Rawa Pening.

Disamping itu, Ambarawa juga terkenal sebagai Musium Kereta Api terbesar di Asia Tenggara. Penyangga hasil bumi, hasil ikan tawar dan hasil pariwisata untuk menyukseskan slogan kabupaten Semarang: “Intanpari” yaitu Industri, Pertanian dan Pariwisata. Jalur utama penghubung kota kecamatan, kota kabupaten dan kota Propisi Jawa Tengah dengan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jika ke arah barat daya terhubunglah dengan kecamatan Bandungan, dengan objek wisata PJKA Bandungan. Penghasil sayur-sayuran, bermacam-macam bunga dan penghasil buah klenkeng, yang sempat menjadi lagu campursari andalan Didi Kempot. Kemudian terhubung dengan objek wisata Gedong Songo, Kecamatan Sumowono disertai wacana terbaru akan lahir objek wisata taman Safari Indonesia ke tiga. Jika dilanjutkan ke arah utara lagi sampailah kabupaten Kendal.

Sedang ke arah selatan, terhubunglah dengan kota kecamatan Banyubiru dengan objek wisata Bukit Cinta, pemandian air alam Muncul, rumah makan lesehan dan lain-lain, dilanjutkan ke Salatiga, kemudian sampai kota Solo. Jika ke timur, terhubunglah dengan terminal Bawen dengan objek wisata Kampung Banaran, industri garmen Apacinti, Arakon dan lain-lain, kemudian menuju kota kabupaten Semarang yaitu Ungaran dengan Objek perkemahan Penggaron, kemudian sampai ke arah kota propinsi Jawa Tengah yaitu Semarang.

Jika ke arah barat terhubunglah dengan kecamatan Jambu yang sempat menggemparkan bak artis ibukota karena kasus milyader Syekh Puji yang menikahi gadis di bawah umur, 12 tahun.

Kota Pendidikan.
Namun hingar bingar kota Palagan Ambarawa pada bulan belakangan tenggelam karena gencarnya berita di media cetak dan elektronik tentang Ibrohim, Maruto yang diduga terlibat kasus teror bom di Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW Marriott. Terlebih Noordin M Top dan organisasi Jamaah Islammiyah (JI) juga disebut-sebut sebagai dedengkot atau dituduh pelaku utama/dalang teror bom di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.

Pada kesempatan yang baik ini, penulis tidak bermaksud mengurai tentang kengerian dan kepedihan korban yang cacat seumur hidup karena efek bom. Persoalan maha dahsyat tersebut sepenuhnya kita percayakan kepada aparat berwenang untuk mengusut tuntas. Namun informasi penting dari masyarakat juga sangat diperlukan, dengan harapan kabupaten Semarang jangan sampai terendus sebagai sarang persembunyian teroris.

Pembelajaran yang dapat kita petik dari contoh kasus teror bom diantaranya adalah memberi teladan kepada generasi kita untuk mau mencintai dan memulai membaca & membaca di perpustakaan daerah yang berada di kota kecil yaitu Ambarawa. Selanjutnya disertai efek berikut yaitu diantara warga masyarakat Ambarawa mampu menulis & menulis untuk menyebarkan virus kebenaran, kejujuran, kepahlawanan pada generasi penerus bangsa untuk mewujudkan cita-cita para proklamator. Agar mereka tersenyum bahagia melihat rakyat Indonesia sejahtera. Bukannya malah terjadi saling sikut, saling intrik dalam memperebutkan kekuasaan. Berlakulah yang amanah agar mendapat kepercayaan memimpin negeri ini dengan cara-cara kesatria bukan dengan cara-cara yang kotor nan menjijikkan.

Kapankah kita memulai? Saat inilah, harus bersegera memulai gemar membaca untuk membuka jendela dunia yang sangat luas dan kaya akan teknologi untuk kemajuan umat manusia di muka bumi ini. Adapun saat tepat memulai dari perbuatan kecil untuk menjadi yang besar yaitu dari membaca di perpustakaan Ambarawa. Tepatnya berada di bekas kantor kecamatan lama atau di sebelah selatannya gedung Pemuda Ambarawa.

Bertepatan pula pada minggu ini dari tanggal 30 Juli - 5 Agustus 2009 Plt bupati kabupaten Semarang Hj. Siti Ambar Fathonah, telah berkenan membuka pameran buku dengan tema “Serasi Bumiku, Membaca Kebiasaanku,” bekerjasama dengan koran harian Suara Merdeka disertai 200 penerbit di gedung pemuda tersebut. Maka saat yang tepat pada minggu ini para stakeholder di sekolah sekitar kecamatan Ambarawa untuk berpartisipasi aktif menggerakkan peserta didiknya untuk mengunjungi pameran buku tersebut. Sekaligus memperkenalkan keberadaan perpustakaan kabupaten Semarang yang selalu siap sedia melayani para pengungjungnya secara gratis. Kata peribahasa: “Tak kenal maka tak sayang.”

Kita menyadari bahwa membaca adalah kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi, belajar adalah seumur hidup. Alquran mengajarkan ayat pertama yaitu ikrok artinya bacalah. Para tokoh agama menganjurkan belajarlah sampai ke negeri Cina. Kita bisa membayangkan apa jadinya jika kita hanya menutup diri tidak mau membaca, tidak mau belajar menerima informasi. Baik melalui media cetak atau elektronik. Kita pasti menjadi orang terbelakang, bangsa terbelakang, bahkan negara terbelakang. Maka, bersiap-siaplah untuk mau membuka diri untuk mau merubah pola pikir tertutup menjadi terbuka dengan belajar dari berbagai sumber apapun. Disertai catatan mampu memfilter/menyaring pengaruh negatif dari luar. Dengan harapan, agar kita mampu menjadi bangsa yang berkarakter untuk selalu maju ke depan dan melindungi serta mempertahankan eksistensi budaya lokal menjadi budaya nasional yang kaya akan pesan-pesan moral yang adiluhung.

Kota Pendidikan.
Untuk memperkaya sebutan terbaru kota Ambarawa dari kota Palagan, sekaligus sebagai kota Pendidikan. Jalan terbaik adalah menghidupkan kembali slogan kabupaten Semarang, yaitu JBEM (Jam Belajar Efektif Masyarakat) antara jam 18.00 sampai dengan jam 21.00 WIB. Sarana pendukung sebutan Ambarawa menjadi kota Pendidikan diantaranya adalah tersedianya pendidikan 5 SMP Negeri, dan beberapa SMP/MTs swasta, dan 1 SMA Negeri, SMA Sudirman, SMK Pertanian, SMK Dr Tjipto dan sekolah menengah atas lain-lainnya.

Didukung pula Undaris di Ungaran, UKSW di kota Salatiga yang berjarak 15 km dari kota Ambarawa. Maka, sudah sepantasnya Ambarawa melahirkan perguruan tinggi diwinitif (tetap), mengingat sampai sekarang sudah tersebar perguruan tinggi swasta jarak jauh mulai IKIP Veteran, IKIP PGRI, IKIP Widya Praja dari Klaten, Keguruan Islam cabang Undaris, dan Universitas Terbuka di bawah koordinasi Unnes dan lain-lain.

Dukungan paling riil dari masyarakat luas dapat dimulai dari masing-masing individu yaitu mematikan televisi selama kurang lebih 2 jam disetiap harinya yaitu antara pkl 18.00 s.d pkl 21.00 WIB. Para stakeholder juga harus berperan aktif untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan JBEM tersebut, agar tidak hanya sebagai slogan belaka. Maka, harus disertai tindakan nyata untuk selalu memantau dan menyadarkan para warganya.

Peran efektif diantaranya melalui forum PKK, forum pertemuan antar warga RT di setiap bulannya untuk mengevaluasi JBEM. Akhirnya semua eleman warga menyadari betapa pentingnya JBEM hidup dan berkembang mulai dari tingkat rumah tangga, dan masyarakat. Biasnya lahirlah ilmuwan dari kota Palagan Amabarawa, untuk menjadikan sebutan terbaru dan nyata yaitu sebagai kota Pendidikan. Akankah itu tercapai? Wallahu a’lam.
Ambarawa, 3 Agustus 2009.
Oleh Roto. Email: roto_amb@yahoo.comAlamat e-mail ini dilindungi dari spambot, anda harus memampukan JavaScript untuk melihatnya
Mahasiswa Pascasarjana UMS.
Referensi:
1. Arena pameran di gedung Pemuda Ambarawa.
2. Perpustakaan Ambarawa.
3. Siti Chamamah. 2009. Makalah. Peran Keraton Dalam Era Revolusi.
Nurhadiantomo. 2009. Makalah. Menuju Rekonstruksi Kebenaran Sejarah
Keraton Surakarta Hadiningrat.

0 komentar:

Posting Komentar